LINTASAN
FIKIRAN
Lintasan
fikiran lebih rumit. Ia merupakan awal kebaikan dan keburukan. Darinyalah lahir
keinginan, kehendak, dan tekad. Barang siapa menjaga lintasan pikirannya, ia
dapat mengendalikan diri dan hawa nafsu. Sebaliknya, barang siapa dikuasai lintasan pikiran, ia
akan lebih dikendalikan oleh hawa nafsunya. Orang yang meremehkan lintasan
pikirannya maka akan teriring menuju kebinasaan.
Lintasan
pikiran senantiasa masuk kedalam kalbu sampai menjadi angan-angan kosong, Amal-amal mereka laksana fatamorgana di
tanah datar, yang disangka air oleh orang yang dahaga, hingga bila air itu di
datanginya, ia tidak mendapati sesuatu pun. Yang ada hanyalah ketetapan Allah
di sisinya, lalu Allah menyempurnakan perhitungan amalnya dan Allah sangat
cepat perhitungannya. (QS. An-Nur : 39)
Orang
yang paling rendah perhatiannya adalah orang yang menyenangi impian. Ia berusaha
meraih dan menikmatinya. Sungguh angan-angan adalah modal kaum yang bangkrut
dan dengan para penganggur. Angan-angan tak lain merupakan konsumsi jiwa hampa
yang merasa cukup dengan khayalan dan mimpi palsu.
Angan-angan
adalah sesuatu yang paling berbahaya bagi manusia. Ia melahirkan kelemahan dan
ketidakberdayaan. Ia juga mendatangkan pengingkaran, penderitaan dan
penyesalan. Orang yang memimpikan
sesuatu yang tak bisa diraih oleh jasmaninya akan mengalihkan gambarannya
kedalam kalbu. Ia menjadikannya sebagai ilusi dan khayalan semata yang di
bentuk oleh pikiran.
Semua
itu tentu tidak berguna. Ia seperti orang yang sedang merasa lapar dan haus,
lalu membayangkan makanan serta minuman tanpa makan dan minum.
Orang yang senang dengan kondisi tersebut
menunjukkan jiwanya rendah dan hina. Kemuliaan, kecerdasan, kebersihan, dan
keluhuran jiwa adalah dengan membuang segala lintasan fikiran yang tidak nyata.
Ada empat macam lintasan pikiran yang menguntungkan :
1. Lintasan pikiran yang mendatangkan
keuntungan duniawi
2. Lintasan pikiran yang menjauhkan bahaya
duniawi
3. Lintasan pikiran yang mendatangkan
keuntungan ukhrawi
4. Lintasan pikiran yang menjauhkan bahaya
ukhrawi
Hendaknya
setiap manusia membatasi seluruh lintasan pikiran dan perhatiannya pada keempat
lintasan tersebut. Ketika sudah dibatasi sedemikian rupa, lintasan pikiran bias
terhimpun. Bila lintasan pikiran begitu banyak dan tidak tertata, hendaklah ia mendahulukan yang lebih
penting.
Setelah
itu yang tersisa hanya dua :
1. Yang
penting dan tidak terlepas
2. Yang
tidak penting tapi bias terlepas
Dalam
setiap jenis, ada yang harus didahulukan. Disinilah muncul kebingungan. Apabila
ia mendahulukan yang penting, ia khawatir bakan kehilangan yang kurang penting.
Namun, jika mendahulukan yang kurang penting, itu akan membuatnya lupa akan
yang penting. Demikianlah persoalan yang dihadapinya. Keduanya tidak mungkin
digabungkan dan yang satu hanya bias diraih dengan melepaskan yang lain.
Di sinilah
akal, pemahaman, dan pengetahuan harus dipergunakan. Di sini pula akan tampak
siapa yang tinggi, siapa yang lulus, dan siapa yang merugi. Sebagian besar
orang yang mengagungkan akal dan pengetahuannya mendahulukan hal tidak penting
yang tidak akan terlepas daripada hal penting yang bisa terlepas. Tidak ada orang yang tak pernah
mengalami itu.
Penilaiyan
di kembalikan kepada kaidah agung yang menjadi landasan syariat dan kententuan
tuhan.kepada –nyalah seluruh ciptaan dan urusan di kembalikan,yaitu dengan
mendahulukan hal yang lebih besar dan lebih besar mamfaat nya meskipun akan
kehilangan maslahat yang lebih rendah ,atau mengambil salah satu dari dua
keburukan dengan menjauh kan keburukan yang lebih besar ,dengan begitu,hamba
kehilangan sebuah maslahat untuk meraih sesuatu yang lebih maslahat dan tela
menerima sebuah kebutukan untuk menghindarkan suatu yang lebih buruk.
Lintasan
pikiran orang berakal
Lintasan
pikiran orang berakal tidak akan keluar dati koridor di atas .dengan itulah
seluruh syarat dating .seluruh kemasalahatan duania dan akhirat pun berdasarkan
itu .pemikiran yang paling tinggi ,paling luhur,dan palng bermamfaat adalah
pemkiran yang di yang di tunjukan untuk allah
dan akhirant.dan pikiran yang di tunjukan untuk allah bisa
bermacam-macam.
Pertama
,memikirkan .menelaah,dan memahami ayat-ayat nya bukan untuk sekedar di
baca,membaca hanyalah sarana .Ulama salaf berujar.’’alquran diturunkan untuk di
amalkan.karna itu,bacalah dan amalkanlah”
Kedua,memikirkan
dan merenungkan tanda-tanda kekuasaan-nya di ala mini sekaligus menjadi kan sebagai
petunjuk tentang nama,sifat,hikmah ,kebaikan,dan kemurahan-nya.secara khusus
Allah memerintahkan hamban-nya untuk merenungkan dan memikirkan tanda-tanda
kekuasaan –nya ,serta mencela orang yang lalai.
Ketiga,memikirkan
nikmat dan kebaikan-nya serta bagaimana dia menganugrahkan kepada manusia
berbagai karunia-nya berikut rahmat,ampunan dan maaf-nya yang demikian luas.
Ketiga
hal tersebut melahirkan ma’rifat, cinta, rasa takut, dan harapan kepada Allah
yang bersumber dari kalbu. Pemikiran dalam yang disertai zikir membuat kalbu
tercelup dalam ma’rifat dan cinta kepada-Nya.
Keempat,
memikirkan aib dan cacat diri serta cacat amal. Ini memberikan manfa’at
yang sangat besar . inilah pintu segala
kebaikan. Ini sangat efektif dalam mengendalikan jiwa yang memerintahkan
keburukan (al-nafs al-ammarah). Ketika
jiwa tersebut telah dikendalikan, ia akan digantikan oleh jiwa yang tenteram (al-nafs al-muthmainnah). Dengan begitu,
kalbu hidup dan berkuasa dalam
kerajaannya, serta seluruh menteri dan parajuritnya akan bekerja untuk
kemaslahatannya.
Kelima,
memikirkan kewajiban dan tugas sekaligus memfokuskan perhatian kepadanya. Orang
arif adalah ”anak zaman-nya” jika ia menelantarkan waktu, seluruh
kemaslahatannya juga terlantar karena kemaslahatan bersumber dari perjalanan
waktu, jika waktu dilalaikan, ia tidak akan pernah bisa digantikan untuk
selamanya.
Imam
al-Syafi’I bertutur, “ Aku telah berteman dengan kalangan sufi. Yang kudapat
dari mereka hanya dua kalimat, pertama, ‘Waktu adalah pedang, Jika engkau tidak
memotongnya , ia akan memotongmu’. Kedua, ‘Jika dirimu tidak disibukkan dengan
kebenaran, ia akan menyibukkanmu dengan kebatilan.”
Karena
itu, waktu yang sebenarnya dimiliki
manusia adalah umurnya yang dapat menjadi elemen dari kehidupan abadinya di surge
yang penuh nikmat dan abadi, atau elemen dari kehidupan nya yang penuh
penderitaan dalam siksaan yang pedih. Berlalunya waktu lebih cepat daripada
awan. Barangsiapa waktunya dipergunakan untuk Allah dan bersama Allah, waktunya menjadi
kehidupannya. Waktu diluar itu tidak terhitung sebagai kehidupannya karena, meskipun hidup, ia hidup
seperti binatang. Bagaimana tidak ? ia menghabiskan waktunya dalam kelalaian,
kealpaan, dan angan-angan kosong. Bahkan, waktu terbaiknya saat ia tidur dan
menganggur,. Jika demikian, mati lebih baik baginya daripada hidup.
Adapaun
lintasan pikiran diluar itu tidak lain adalah bisikan setan, angan-angan
kosong, dan tipu daya belaka, seperti lintasan pikiran orang-orang mabuk,
resah, dan waswas yang akalnya sedang rusak, tatkala hakikat tersingkap,
kondisi mereka seolah berkata,
Jika kedudukanku di sisi-Mu
saat dibangkitkan seperti yang
Kujumpai ini
Aku betul-betul telah mengabaikan waktuku
Angan telah mengendalikanku
selama beberapa masa
Dan sekarang ia hanyalah mimpi belaka.
Ketahuilah,
datangnya lintasan pikiran tidaklah mendatangkan bahay. Yang mendatangkan
bahaya adalah mengikutinya. Lintasan pikiran tak ubahnya seperti orang yang
menyusuri jalan. Jika anda biarkan ia berlalu. Ia pun akan lewat begitu saja. Namun
, jika anda memanggilnya, ia akan menyihir dengan mantra dan tipuannya. Ia terasa
ringan bagi jiwa yang kosong, tetapi terasa berat bagi kalbu dan jiwa yang
mulia dan tenteram.