Jumat, 08 Maret 2013

LINTASAN FIKIRAN MANUSIA

                                                        LINTASAN FIKIRAN


          Lintasan fikiran lebih rumit. Ia merupakan awal kebaikan dan keburukan. Darinyalah lahir keinginan, kehendak, dan tekad. Barang siapa menjaga lintasan pikirannya, ia dapat mengendalikan diri dan hawa nafsu. Sebaliknya,  barang siapa dikuasai lintasan pikiran, ia akan lebih dikendalikan oleh hawa nafsunya. Orang yang meremehkan lintasan pikirannya maka akan teriring menuju kebinasaan.


       Lintasan pikiran senantiasa masuk kedalam kalbu sampai menjadi angan-angan kosong, Amal-amal mereka laksana fatamorgana di tanah datar, yang disangka air oleh orang yang dahaga, hingga bila air itu di datanginya, ia tidak mendapati sesuatu pun. Yang ada hanyalah ketetapan Allah di sisinya, lalu Allah menyempurnakan perhitungan amalnya dan Allah sangat cepat perhitungannya. (QS. An-Nur : 39)


         Orang yang paling rendah perhatiannya adalah orang yang menyenangi impian. Ia berusaha meraih dan menikmatinya. Sungguh angan-angan adalah modal kaum yang bangkrut dan dengan para penganggur. Angan-angan tak lain merupakan konsumsi jiwa hampa yang merasa cukup dengan khayalan dan mimpi palsu.


        Angan-angan adalah sesuatu yang paling berbahaya bagi manusia. Ia melahirkan kelemahan dan ketidakberdayaan. Ia juga mendatangkan pengingkaran, penderitaan dan penyesalan. Orang  yang memimpikan sesuatu yang tak bisa diraih oleh jasmaninya akan mengalihkan gambarannya kedalam kalbu. Ia menjadikannya sebagai ilusi dan khayalan semata yang di bentuk oleh pikiran.


          Semua itu tentu tidak berguna. Ia seperti orang yang sedang merasa lapar dan haus, lalu membayangkan makanan serta minuman tanpa makan dan minum.
 Orang yang senang dengan kondisi tersebut menunjukkan jiwanya rendah dan hina. Kemuliaan, kecerdasan, kebersihan, dan keluhuran jiwa adalah dengan membuang segala lintasan fikiran yang tidak nyata. Ada empat macam lintasan pikiran yang menguntungkan :
1.    Lintasan pikiran yang mendatangkan keuntungan duniawi
2.    Lintasan pikiran yang menjauhkan bahaya duniawi  
3.    Lintasan pikiran yang mendatangkan keuntungan ukhrawi
4.    Lintasan pikiran yang menjauhkan bahaya ukhrawi


         Hendaknya setiap manusia membatasi seluruh lintasan pikiran dan perhatiannya pada keempat lintasan tersebut. Ketika sudah dibatasi sedemikian rupa, lintasan pikiran bias terhimpun. Bila lintasan pikiran begitu banyak dan tidak  tertata, hendaklah ia mendahulukan yang lebih penting.
Setelah itu yang tersisa hanya dua :
1.    Yang penting dan tidak terlepas
2.    Yang tidak penting tapi bias terlepas


        Dalam setiap jenis, ada yang harus didahulukan. Disinilah muncul kebingungan. Apabila ia mendahulukan yang penting, ia khawatir bakan kehilangan yang kurang penting. Namun, jika mendahulukan yang kurang penting, itu akan membuatnya lupa akan yang penting. Demikianlah persoalan yang dihadapinya. Keduanya tidak mungkin digabungkan dan yang satu hanya bias diraih dengan melepaskan yang lain.


          Di sinilah akal, pemahaman, dan pengetahuan harus dipergunakan. Di sini pula akan tampak siapa yang tinggi, siapa yang lulus, dan siapa yang merugi. Sebagian besar orang yang mengagungkan akal dan pengetahuannya mendahulukan hal tidak penting yang tidak akan terlepas daripada hal penting yang bisa  terlepas. Tidak ada orang yang tak pernah mengalami itu.
       Penilaiyan di kembalikan kepada kaidah agung yang menjadi landasan syariat dan kententuan tuhan.kepada –nyalah seluruh ciptaan dan urusan di kembalikan,yaitu dengan mendahulukan hal yang lebih besar dan lebih besar mamfaat nya meskipun akan kehilangan maslahat yang lebih rendah ,atau mengambil salah satu dari dua keburukan dengan menjauh kan keburukan yang lebih besar ,dengan begitu,hamba kehilangan sebuah maslahat untuk meraih sesuatu yang lebih maslahat dan tela menerima sebuah kebutukan untuk menghindarkan suatu yang lebih buruk.                                                                                                      
Lintasan pikiran orang berakal
Lintasan pikiran orang berakal tidak akan keluar dati koridor di atas .dengan itulah seluruh syarat dating .seluruh kemasalahatan duania dan akhirat pun berdasarkan itu .pemikiran yang paling tinggi ,paling luhur,dan palng bermamfaat adalah pemkiran yang di yang di tunjukan untuk allah  dan akhirant.dan pikiran yang di tunjukan untuk allah bisa bermacam-macam.


Pertama ,memikirkan .menelaah,dan memahami ayat-ayat nya bukan untuk sekedar di baca,membaca hanyalah sarana .Ulama salaf berujar.’’alquran diturunkan untuk di amalkan.karna itu,bacalah dan amalkanlah” 


Kedua,memikirkan dan merenungkan tanda-tanda kekuasaan-nya di ala mini sekaligus menjadi kan sebagai petunjuk tentang nama,sifat,hikmah ,kebaikan,dan kemurahan-nya.secara khusus Allah memerintahkan hamban-nya untuk merenungkan dan memikirkan tanda-tanda kekuasaan –nya ,serta mencela orang yang lalai.
Ketiga,memikirkan nikmat dan kebaikan-nya serta bagaimana dia menganugrahkan kepada manusia berbagai karunia-nya berikut rahmat,ampunan dan maaf-nya yang demikian luas.
Ketiga hal tersebut melahirkan ma’rifat, cinta, rasa takut, dan harapan kepada Allah yang bersumber dari kalbu. Pemikiran dalam yang disertai zikir membuat kalbu tercelup dalam ma’rifat dan cinta kepada-Nya.
Keempat, memikirkan aib dan cacat diri serta cacat amal. Ini memberikan manfa’at yang  sangat besar . inilah pintu segala kebaikan. Ini sangat efektif dalam mengendalikan jiwa yang memerintahkan keburukan (al-nafs al-ammarah). Ketika jiwa tersebut telah dikendalikan, ia akan digantikan oleh jiwa yang tenteram (al-nafs al-muthmainnah). Dengan begitu, kalbu hidup dan berkuasa  dalam kerajaannya, serta seluruh menteri dan parajuritnya akan bekerja untuk kemaslahatannya.
Kelima, memikirkan kewajiban dan tugas sekaligus memfokuskan perhatian kepadanya. Orang arif adalah ”anak zaman-nya” jika ia menelantarkan waktu, seluruh kemaslahatannya juga terlantar karena kemaslahatan bersumber dari perjalanan waktu, jika waktu dilalaikan, ia tidak akan pernah bisa digantikan untuk selamanya.
Imam al-Syafi’I bertutur, “ Aku telah berteman dengan kalangan sufi. Yang kudapat dari mereka hanya dua kalimat, pertama, ‘Waktu adalah pedang, Jika engkau tidak memotongnya , ia akan memotongmu’. Kedua, ‘Jika dirimu tidak disibukkan dengan kebenaran, ia akan menyibukkanmu dengan kebatilan.”
Karena itu, waktu  yang sebenarnya dimiliki manusia adalah umurnya yang dapat menjadi elemen dari kehidupan abadinya di surge yang penuh nikmat dan abadi, atau elemen dari kehidupan nya yang penuh penderitaan dalam siksaan yang pedih. Berlalunya waktu lebih cepat daripada awan. Barangsiapa waktunya dipergunakan untuk Allah  dan bersama Allah, waktunya menjadi kehidupannya. Waktu diluar itu tidak terhitung sebagai  kehidupannya karena, meskipun hidup, ia hidup seperti binatang. Bagaimana tidak ? ia menghabiskan waktunya dalam kelalaian, kealpaan, dan angan-angan kosong. Bahkan, waktu terbaiknya saat ia tidur dan menganggur,. Jika demikian, mati lebih baik baginya daripada hidup.
Adapaun lintasan pikiran diluar itu tidak lain adalah bisikan setan, angan-angan kosong, dan tipu daya belaka, seperti lintasan pikiran orang-orang mabuk, resah, dan waswas yang akalnya sedang rusak, tatkala hakikat tersingkap, kondisi mereka seolah berkata,
Jika kedudukanku di sisi-Mu saat dibangkitkan seperti yang
          Kujumpai ini
          Aku betul-betul telah mengabaikan waktuku
Angan telah mengendalikanku selama beberapa masa
          Dan sekarang ia hanyalah mimpi belaka.
Ketahuilah, datangnya lintasan pikiran tidaklah mendatangkan bahay. Yang mendatangkan bahaya adalah mengikutinya. Lintasan pikiran tak ubahnya seperti orang yang menyusuri jalan. Jika anda biarkan ia berlalu. Ia pun akan lewat begitu saja. Namun , jika anda memanggilnya, ia akan menyihir dengan mantra dan tipuannya. Ia terasa ringan bagi jiwa yang kosong, tetapi terasa berat bagi kalbu dan jiwa yang mulia dan tenteram.